tuberkulosis

Antusias FK Umsida Untuk Penanggulangan Tuberkulosis Menuju Eliminasi 2030

fk.umsida.ac.idForum Koordinasi Lintas Sektor Penanggulangan Tuberkulosis (TB) yang berlangsung di Hotel Aston Sidoarjo pada Selasa (29/4) menjadi titik awal untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan besar penanggulangan tuberkulosis. Dalam forum ini, berbagai pihak sepakat untuk bergerak lebih cepat dan lebih terintegrasi dalam mencapai eliminasi tuberkulosis pada 2030.

Lihat Juga: Fakultas Kedokteran Umsida Gelar Seminar Leadership, Siapkan Daya Saing Global

Hadir dalam kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Dr. dr. Ronny Sutanto, SpOT (K) memberikan pandangan penting mengenai peran perguruan tinggi dalam memperkuat pendidikan, pencegahan, dan deteksi dini TB. Kehadiran Dr. Ronny menegaskan pentingnya kolaborasi antara sektor akademik dan kesehatan untuk mencapai tujuan bersama.

Menanggulangi Tuberkulosis: Langkah Kongkret Menuju Eliminasi 2030

 

tuberkulosis

sumber: pinterest

Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan angka kasus tuberkulosis tertinggi di dunia. Terhitung hingga saat ini, posisi Indonesia adalah nomer 2 setelah India. Di Kabupaten Sidoarjo situasi ini menjadi perhatian besar, mengingat tingginya angka temuan kasus TB.

Pada tahun 2024 Sidoarjo melaporkan lebih dari 6.000 kasus, jauh melampaui estimasi nasional yang hanya sekitar 5.823 kasus. Meskipun ada peningkatan dalam hal penemuan kasus, kenyataan ini menunjukkan bahwa masih banyak kasus yang tersembunyi dan memerlukan upaya lebih besar dalam deteksi dan pencegahan.

Dr. Ronny Sutanto dalam pidatonya menyatakan bahwa penanggulangan Tuberkulosis di Sidoarjo serta di Indonesia secara umum, harus melalui langkah-langkah terkoordinasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

“Pencegahan dan edukasi adalah kunci utama. Untuk mencapai eliminasi TB pada 2030, kita membutuhkan gerakan yang lebih luas dan terstruktur,” ujar beliau.

Menurut beliau upaya ini tidak bisa dilakukan hanya oleh sektor kesehatan, tetapi harus melibatkan berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Indikator Penanggulangan Tuberkulosis yang Harus Dicapai

tuberkulosis

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target eliminasi TB pada 2030, namun untuk mencapainya ada sejumlah indikator yang harus tercapai.

Pertama, penting untuk mencapai penemuan kasus 100 persen. Ini berarti bahwa setiap individu yang terpapar atau terdiagnosis TB harus segera ditemukan dan diberikan pengobatan yang tepat. Dalam dikusi forum ini, mengungkap dari kasus yang telah meningkat masih terdapat kasus yang terlambat ditemukan terutama menyangkut tuberkulosis pada anak dan kasus resistan obat.

Hal ini menunjukkan adanya tantangan besar dalam deteksi dini, terutama pada kelompok yang lebih rentan seperti anak-anak.

Kedua, cakupan pengobatan yang harus melebihi 95 persen. Ini mengacu pada jumlah pasien yang memulai pengobatan dan melanjutkannya hingga selesai.

Meskipun pengobatan TB sudah terbukti efektif, tantangannya adalah memastikan bahwa pasien menjalani seluruh rangkaian pengobatan tanpa terputus serta mengingat banyaknya pasien yang mengalami kesulitan dalam menjalani terapi panjang.

Di sinilah peran penting pendampingan dan edukasi pasien menjadi krusial, agar mereka tidak berhenti berobat, terutama pada kasus TB anak.

Ketiga, keberhasilan pengobatan yang harus mencapai lebih dari 90 persen. Untuk mencapai hal ini, perlu adanya pemantauan yang ketat terhadap pasien untuk memastikan bahwa pengobatan berjalan dengan baik dan bebas dari efek samping yang membahayakan.

Pencapaian ini juga memerlukan penguatan pada sistem pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas dan rumah sakit, agar pasien mendapat perawatan terbaik dan sesuai standar.

Keempat, pencapaian terapi pencegahan untuk kontak TB yang harus mencapai minimal 80 persen. Dalam hal ini, mereka yang telah terpapar pasien TB aktif perlu diberikan terapi pencegahan untuk mencegah mereka jatuh sakit. Pendekatan ini menjadi salah satu strategi untuk mengurangi angka kejadian TB baru yang berasal dari kontak dekat dengan penderita.

Namun seperti yang dijelaskan oleh Dr. Ronny, meskipun ada peningkatan dalam upaya penanggulangan TB, pencapaian semua indikator ini masih menghadapi banyak kendala terutama dalam hal pendanaan, penyuluhan, serta penyediaan obat-obatan yang tepat bagi pasien TB resistan.

“Di sini kita membutuhkan kontribusi dari semua sektor, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat untuk menyediakan sumber daya yang cukup dan memastikan akses yang adil bagi semua pasien,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Umsida tersebut.

Peran FK UMSIDA dalam Mewujudkan Eliminasi TB

tuberkulosis

Sebagai bagian dari komitmen untuk penanggulangan TB, Dr. Ronny Sutanto menegaskan bahwa Fakultas Kedokteran UMSIDA akan terus berperan aktif dalam memperkuat pendidikan dan pengabdian masyarakat.

FK Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tidak hanya mendidik calon dokter yang kompeten, tetapi juga aktif dalam menyebarluaskan pengetahuan tentang TB kepada masyarakat luas.

“Di FK UMSIDA, kami berfokus pada pendidikan pencegahan yang melibatkan masyarakat langsung, melalui program pengabdian kepada masyarakat yang menyasar daerah-daerah dengan angka kasus TB tinggi,” ujar Dr. Ronny.

Lihat Juga:
Umsida Launching Prodi Kedokteran, Perjuangan 3 Tahun Berbuah Manis

Dengan keterlibatan aktif dari lembaga pendidikan, diharapkan dapat tercipta kesadaran kolektif yang lebih tinggi di tingkat masyarakat, serta mempercepat pencapaian target eliminasi TB pada 2030.

Kolaborasi Lintas Sektor untuk Penanggulangan TB

Forum ini menegaskan kembali pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengatasi masalah TB. Seluruh pihak, baik pemerintah, akademisi, sektor swasta, hingga masyarakat, sepakat untuk bekerja sama dalam memperkuat upaya deteksi dini, pengobatan, serta pencegahan TB.

Komitmen bersama ini menjadi langkah konkret untuk memastikan bahwa eliminasi TB pada 2030 bukan hanya sekadar target, tetapi juga sebuah kenyataan yang dapat tercapai.

Dengan adanya dukungan dari berbagai sektor, diharapkan Indonesia dapat menuju eliminasi TB pada 2030, dan Sidoarjo, khususnya, dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam hal penanggulangan TB secara efektif dan berkelanjutan.

Penulis: Kiki Widyasari Hastowo