fk.umsida.ac.id – Salah satu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Arlinda Silva Prameswari, bersama tim dari Universitas Airlangga berhasil menunjukkan bahwa ekstrak saffron berpotensi signifikan dalam menurunkan kadar glukosa darah puasa (FBG) pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Hasil ini diperoleh melalui studi sistematik dan meta-analisis yang telah dipublikasikan di jurnal internasional Digital Chinese Medicine.
Mengenal Gula Darah dan Kepentingannya
ilustrasi: pexels
Gula darah merupakan salah satu parameter penting dalam menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. Namun, tidak banyak masyarakat yang benar-benar memahami apa itu gula darah dan mengapa pengendaliannya sangat krusial, terutama bagi penderita diabetes melitus.
Gula darah adalah istilah umum yang merujuk pada kadar glukosa yang beredar di dalam aliran darah. Glukosa sendiri berasal dari proses pencernaan makanan, khususnya karbohidrat, dan menjadi sumber energi utama bagi sel tubuh. Tanpa glukosa, sel tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Ancaman Jika Gula Darah Terlalu Tinggi atau Terlalu Rendah
ilustrasi: pexels
“Kadar glukosa darah yang tinggi secara terus-menerus akan menyebabkan peradangan sistemik dan kerusakan pembuluh darah. Inilah mengapa pasien diabetes wajib melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala,” terang dr Arlinda Silva Prameswari.
Kondisi kelebihan gula darah yang berlangsung lama dikenal sebagai hiperglikemia. Jika tidak dikendalikan, hiperglikemia dapat merusak organ-organ vital seperti jantung, ginjal, mata, hingga sistem saraf.
Komplikasi ini berkembang secara perlahan namun pasti, dan dapat mengakibatkan serangan jantung, gagal ginjal, kebutaan, hingga amputasi.
Sebaliknya, gula darah yang terlalu rendah atau hipoglikemia juga dapat membahayakan. Gejalanya meliputi gemetar, lemas, berkeringat dingin, hingga penurunan kesadaran.
“Kondisi hipoglikemia bisa memburuk sangat cepat. Maka penting bagi penderita diabetes untuk tidak hanya fokus pada penurunan gula darah, tetapi juga menjaga stabilitasnya,” tambah dosen yang aktif dalam riset pengendalian diabetes berbasis herbal.
Apa yang menjadi fokus penelitian?
ilustrasi: website
Penelitian ini secara khusus mengkaji apakah pemberian suplemen saffron (Crocus sativus L.) mampu menurunkan kadar gula darah puasa (FBG) secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok plasebo pada pasien dengan diabetes tipe 2 (T2DM).
Fokus utama penelitian adalah menganalisis parameter hiperglikemia melalui pendekatan meta-analisis terhadap sejumlah uji klinis acak terkontrol (RCT).
Keterlibatan pada Penelitian
Tim peneliti terdiri dari Arlinda Silva Prameswari, Viskasari Pintoko Kalanjati, Tri Hartini Yuliawati, Abdurachman, serta Muhammad Miftahussurur. Kolaborasi lintas institusi ini memperkuat kualitas telaah ilmiah serta menjawab kebutuhan data komprehensif tentang terapi herbal bagi pasien diabetes di Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan sistematik berdasarkan protokol PRISMA dan didaftarkan dalam PROSPERO (CRD42023443180). Penelusuran literatur dilakukan melalui enam basis data global: PubMed, Cochrane Library, ScienceDirect, Web of Science, CNKI, dan CBM.
Hanya artikel yang memenuhi kriteria RCT, menggunakan subjek manusia dewasa, serta membandingkan saffron dengan plasebo yang disertakan. Analisis statistik dilakukan menggunakan perangkat lunak Review Manager 5.4.
Hasil Kegunaa Saffron pada Glukosa Dasra yang Disajikan Peneliti
Dari tujuh RCT yang lolos seleksi dan mencakup 455 pasien, ditemukan bahwa saffron secara statistik signifikan menurunkan kadar glukosa darah puasa (FBG) pada pasien T2DM dengan nilai p = 0.04 dan heterogenitas yang rendah (I2 = 0%).
Efektivitas ini menunjukkan potensi saffron sebagai terapi tambahan (adjunct therapy) yang mendukung pengelolaan kadar gula darah harian. Hiperglikemia adalah masalah utama dalam pengelolaan diabetes tipe 2 dan menjadi penyebab utama komplikasi kardiovaskular.
Temuan bahwa saffron dapat menurunkan FBG secara signifikan memberikan alternatif terapeutik alami yang lebih aman dan minim efek samping. Saffron diketahui bekerja melalui jalur AMPK dan GLUT4, serta mendukung regenerasi sel β pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin.
baca juga: Gula Darah di Ujung Tanduk: Pentingnya Deteksi Dini dan Gaya hidup Sehat
Kapan riset ini dilakukan dan dipublikasikan?
Pengumpulan data dilakukan dengan rentang artikel dari Januari 2015 hingga Maret 2023. Artikel ilmiah ini resmi dipublikasikan secara internasional pada Desember 2023 melalui jurnal Digital Chinese Medicine dan tersedia secara open-access.
Langkah Penelitian Berikutnya
Peneliti menyarankan perlunya riset lanjutan dengan cakupan sampel yang lebih besar, periode intervensi lebih panjang, serta eksplorasi dosis saffron yang lebih bervariasi.
Hal ini untuk mendalami mekanisme molekuler dan membuktikan manfaat jangka panjang saffron dalam pengendalian diabetes. Hasil ini menandai kontribusi nyata FK Umsida dalam riset kesehatan preventif dan integratif berbasis herbal, serta membuka peluang pengembangan terapi diabetes dengan pendekatan berbasis bukti dan kontekstual di Indonesia.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo