fk.umsida.ac.id – Akhir Juni menjadi maraknya lonjakan kasus infeksi HIV di beberapa daerah Indonesia menunjukkan angka yang memprihatinkan. Penyebaran yang cepat, terutama pada kelompok dengan perilaku berisiko tinggi, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Aldilatama Herisulistyo, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV serta dampak sosial yang mengikutinya.
Menurut dr. Aldi, pemahaman yang lebih baik tentang kedua aspek ini penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan mengurangi stigma terhadap orang dengan HIV (ODHIV).
Berdasarkan data dari Laporan Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) oleh Kemenkes yang dapat diakses melalui SIHA Kemenkes ,Di Kabupaten Sidoarjo data menunjukkan bahwa 70% kasus terjadi pada laki-laki dan 30% pada perempuan, dengan 25% di antaranya adalah LSL yang berusia ratarata antara 25-49 tahun.
Faktor Penyebaran HIV di Masyarakat
ilustrasi: pexels
Menurut dr. Aldilatama, seks bebas dan penggunaan narkoba jarum suntik adalah dua faktor utama yang berkontribusi terhadap penyebaran cepat infeksi HIV.
“Secara umum, penularan infeksi HIV menyebar melalui transmisi seksual, terutama pada individu yang melakukan perilaku seks berisiko tinggi, seperti seks bebas tanpa pengaman atau kondom,” menurut dr. Aldilatama.
Perilaku seks bebas tanpa penggunaan kondom, lanjutnya, sangat rentan terhadap penularan infeksi HIV, terutama ketika individu tersebut berganti pasangan seksual secara bebas.
Selain itu, penggunaan narkoba jarum suntik juga menjadi faktor yang meningkatkan risiko penularan HIV. Pengguna narkoba suntik (penasun) seringkali berbagi jarum suntik yang telah terkontaminasi dengan darah orang lain, yang menjadi medium penyebaran HIV.
“Penyalahgunaan narkoba suntik seringkali menjadi jalan penularan infeksi HIV yang cepat, terutama pada pengguna yang tidak menggunakan jarum suntik yang steril,” tambahnya.
Selain itu, dr. Aldilatama juga menekankan bahwa penularan dari ibu ke anak dalam kandungan merupakan salah satu jalur penularan yang sering terabaikan.
“Pada pasangan laki-laki yang terlibat dalam perilaku seks berisiko tinggi, mereka bisa menularkan HIV kepada pasangan, istri yang sedang hamil (calon ibu), yang kemudian dapat menularkan virus tersebut kepada anak dalam kandungan,” ujar dr. Aldilatama.
Dampak Sosial yang Ditimbulkan oleh Peningkatan Kasus HIV
ilustrasi: pexels
Peningkatan kasus infeksi HIV menurut dr. Aldilatama, tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan, tetapi juga menimbulkan berbagai dampak sosial yang merugikan terutama bagi ODHIV (orang dengan HIV). Salah satu dampak sosial yang sangat mencolok adalah stigma negatif terhadap mereka yang mengidap HIV.
“Masyarakat seringkali menilai ODHIV dengan pandangan yang sangat negatif, bahkan ada yang menganggap mereka sebagai orang yang terpinggirkan dan harus dijauhi, padahal tidak demikian, ODHIV sangat memerlukan dukungan sosial bukan isolasi” menurut ujar dr. Aldilatama.
Stigma negatif ini, lanjutnya, menyebabkan isolasi sosial bagi para ODHIV. Banyak dari mereka yang terpaksa menyembunyikan status kesehatan yang dia miliki, takut akan diskriminasi dari keluarga, teman, bahkan di tempat kerja.
“Tingkat diskriminasi yang dialami ODHIV sangat tinggi, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Hal ini membuat mereka merasa terisolasi dan kesulitan mendapatkan dukungan,” jelas dr. Aldi.
Upaya Pencegahan dan Pendidikan Masyarakat
Hal ini membuktikan peran penting pendidikan dan sosialisasi yang lebih intensif mengenai HIV dan cara penularan virus tersebut.
Pencegahan melalui edukasi adalah langkah pertama yang paling penting untuk dilakukan, dapat dimulai dari lingkungan sekolah dan kampus, kemudian pada, masyarakat umum. Masyarakat harus memahami cara mencegah penularan, menghindari dari faktor-faktor risiko dan bahwa ODHIV atau infeksi HIV bukanlah penyakit yang harus dipandang dengan stigma negatif, tetapi masalah kesehatan bersama yang membutuhkan perhatian lebih.
Selain itu, akses untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin juga harus rutin dipromosikan kepada masyarakat, bahwa begitu mudah untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan bagi mereka ODHIV.
Masyarakat dengan risiko tinggi atau yang telah mengidap HIV harus didorong untuk rutin memeriksakan diri dan berobat, agar HIV bisa dideteksi sejak dini dan penanganan bisa dilakukan lebih cepat sebelum menjadi komplikasi stadium akhir, yaitu AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
Program-program yang melibatkan segala lapisan masyarakat dan tenaga kesehatan di daerah-daerah dengan tingkat penyebaran infeksi HIV tinggi juga sangat penting untuk memperluas jangkauan pencegahan dan perawatan segera.
Pentingnya Solidaritas dan Dukungan Masyarakat
ilustrasi: pexels
Dalam menghadapi peningkatan kasus HIV yang, penting ditekankan adalah solidaritas masyarakat terhadap (ODHIV).
Masyarakat diharapkan untuk tidak menjauhi mereka, tetapi memberikan dukungan yang diperlukan. Sikap empati dan kasih sayang kepada ODHIV sangat penting, untuk meningkatkan harapan hidup, produktivitas, dan meningkatkan harapan hidup, proktivitas, dan mencegah agar tidak terjadi AIDS.
Pandangan ini selaras dengan prinsip-prinsip kemanusiaan Islam, yang mengajarkan untuk berperilaku baik terhadap sesama, tanpa memandang status kesehatan atau latar belakang seseorang.
Tidak hanya dalam tataran individu, kerja sama antar institusi juga menjadi kunci utama dalam penanggulangan infeksi HIV. Lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, dan pemerintah harus berkolaborasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang HIV dan mengurangi stigma yang ada.
Melalui kolaborasi ini, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang lebih inklusif, yang tidak hanya peduli terhadap kesehatan diri sendiri, tetapi juga kesehatan orang lain. Dengan cara ini, penanggulangan HIV bisa dilakukan lebih efektif, dengan mengedepankan prinsip kemanusiaan, keterbukaan, dan saling mendukung antar sesama.
Kerja sama ini juga membuka peluang bagi berbagai pihak untuk memperluas edukasi, mempermudah akses pengobatan, serta menyediakan layanan kesehatan yang lebih baik bagi ODHIV.
Jika seluruh lapisan masyarakat lebih terbuka dan mendukung, maka penanggulangan HIV dapat lebih berjalan optimal dan tercipta lingkungan yang lebih baik untuk semua orang, tanpa adanya diskriminasi dan ketakutan yang tidak berdasar.
Peran FK UMSIDA dalam Penanggulangan HIV
Sebagai institusi pendidikan, FK Umsida terus berupaya untuk mengedukasi mahasiswa dan masyarakat tentang infeksi HIV dan berbagai penyakit menular lainnya.
Selain memberikan pemahaman medis yang tepat, FK Umsida juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang bertujuan untuk mendukung penanganan ODHIV dengan baik dan benar serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo