fk.umsida.ac.id – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo harus melek isu ini! Asam lambung bukan lagi penyakit yang identik dengan usia lanjut. Serba-serbi skena dari sabang sampai merauke, penyakit ini justru banyak dialami oleh generasi muda.
Pola makan tidak teratur, stres akademik atau pekerjaan, serta gaya hidup serba instan menjadi kombinasi pemicu utama yang membuat keluhan asam lambung semakin sering terdengar dari anak-anak muda, bahkan kerap dijadikan bahan candaan di media sosial.
Apa itu Asam Lambung dan Mengapa Bisa Terjadi?
ilustrasi: pexels
Asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kondisi ketika asam di dalam lambung naik ke kerongkongan (esofagus) dan menyebabkan sensasi terbakar di dada atau dada terasa nyeri (heartburn). Hal ini terjadi ketika katup antara lambung dan kerongkongan melemah atau tidak menutup sempurna.
Kondisi ini terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus), sehingga menimbulkan sensasi perih di ulu hati, dada terasa panas, mulut pahit, hingga mual dan perut kembung. Gangguan ini dikenal secara medis sebagai GERD (gastroesophageal reflux disease).
Asam lambung adalah bagian dari sistem pencernaan yang sehat, tapi ketika produksi dan pengeluarannya terganggu, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman bahkan komplikasi jangka panjang.
Siapa yang Rentan Terkena?
Meskipun selama ini dikenal sebagai penyakit yang banyak menyerang orang tua, data dan observasi klinis menunjukkan bahwa tren penderita asam lambung kini bergeser ke usia yang lebih muda. Gen Z dengan kelompok usia 15 hingga 27 tahun, menjadi salah satu populasi yang paling rentan.
Pola konsumsi makanan cepat saji, minuman berkafein tinggi, serta kecenderungan begadang sambil bekerja atau mengerjakan tugas membuat anak muda tidak sadar telah merusak ritme alami sistem pencernaan mereka.
Kapan Gejala Biasanya Muncul?
Gejala asam lambung sering kali muncul setelah makan besar, saat malam hari, atau ketika posisi tubuh berbaring. Keluhan yang dirasakan dapat berupa:
- Rasa panas di dada
- Mual
- Perut kembung
- Sering sendawa
- Tenggorokan terasa asam atau pahit
Beberapa kasus juga menunjukkan gejala yang menyerupai serangan jantung, sehingga banyak penderita merasa panik.
Mengapa Ini Jadi Candaan di Kalangan Gen Z?
Fenomena ini semakin menarik ketika banyak anak muda justru menjadikan asam lambung sebagai bagian dari budaya meme dan candaan. Kalimat seperti “anak muda jaman sekarang bukan galau karena cinta, tapi karena lambung” banyak dijumpai di media sosial.
Hal ini menunjukkan adanya kesadaran, tetapi juga kecenderungan untuk menormalisasi keluhan kesehatan. Beberapa kasus kesadaran beberapa orang ditunjukan dengan maraknya konsumsi kafein dari kopi yang terus menerus.
Candaan tentang asam lambung bisa jadi cara Gen Z mengekspresikan stres. Tapi harus diwaspadai, jangan sampai keluhan yang terus-menerus justru diabaikan dan menjadi kronis. Refluks asam lambung yang dibiarkan berulang bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti:
-
Radang kerongkongan (esofagitis)
-
Tukak lambung
-
Penyempitan saluran esofagus
-
Bahkan, pada beberapa kasus, meningkatkan risiko kanker kerongkongan
Karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat diperlukan, terutama jika gejala muncul lebih dari dua kali dalam seminggu.
Bagaimana Mencegah dan Menanganinya?
Mengelola gaya hidup sehat adalah kunci utama dalam mencegah kambuhnya asam lambung. Beberapa langkah yang dianjurkan antara lain:
- Makan secara teratur dan perlahan
- Hindari makanan pedas, asam, dan berlemak tinggi
- Tidak langsung tidur setelah makan
- Kurangi konsumsi kopi, soda, dan cokelat
- Hindari stres berlebih dengan manajemen waktu dan relaksasi
Bagi penderita yang sudah mengalami gejala berulang, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, termasuk kemungkinan terapi obat atau perubahan pola hidup yang lebih konsisten.
Kesimpulan: Perlu Kesadaran Sejak Dini
Asam lambung bukan hanya penyakit orang tua. Gen Z kini menjadi kelompok yang tidak luput dari ancaman ini. Meskipun sering dianggap ringan atau bahkan dijadikan bahan lelucon, dampak jangka panjang dari asam lambung yang tidak ditangani dapat memicu komplikasi serius seperti peradangan esofagus hingga tukak lambung.
Baca juga: Serahkan SK Jabatan Tingkat Fakultas dan Prodi Periode 2025-2027, Ini Pesan Rektor Umsida
Fakultas Kedokteran Umsida terus mendorong kesadaran masyarakat, terutama anak muda, untuk lebih peduli terhadap gejala-gejala yang muncul dari tubuh. Edukasi kesehatan yang berkelanjutan menjadi langkah penting agar generasi muda tetap produktif dan sehat dalam menghadapi tantangan zaman.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo