Fk.umsida.ac.id – Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FK UMSIDA) menyelenggarakan ujian Objective Structured Clinical Examination (OSCE) bagi mahasiswa Program Studi Kedokteran pada Rabu (22/10/2025).
Kegiatan ini menjadi bagian penting dari proses evaluasi pembelajaran untuk mengukur kompetensi klinis, profesionalisme, dan kesiapan mahasiswa sebelum terjun ke dunia pelayanan kesehatan.
Lihat juga: Dosen FK UMSIDA Resmi Menjadi Pengurus IDI, Perkuat Peran Akademisi di Dunia Medis
Ujian OSCE dikenal sebagai metode penilaian yang menggunakan stasiun uji (stations) dengan skenario klinis yang mensimulasikan kondisi nyata.
Melalui metode ini, mahasiswa tidak hanya diuji secara teori, tetapi juga praktik langsung di bawah pengawasan dosen penguji dan pasien simulasi.
Dalam pelaksanaannya, OSCE di FK UMSIDA terdiri atas empat stase yang harus dilalui oleh setiap mahasiswa.
Masing-masing stase memiliki alokasi waktu 7 menit. 1 menit untuk membaca soal, 5 menit untuk melaksanakan tindakan, dan 1 menit untuk berpindah ke stase berikutnya.
Materi yang diujikan meliputi tahapan penting dalam pelayanan kedokteran, seperti anamnesis, pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV), dan pemeriksaan fisik.
Selain keterampilan teknis, mahasiswa juga dievaluasi dalam aspek komunikasi dengan pasien, penerapan prosedur klinis, serta sikap profesional, termasuk etika, kebersihan, dan keselamatan pasien.

Dekan FK UMSIDA, Dr dr Ronny Sutanto MARS Sp OT Subsp CO(K) menyampaikan bahwa pelaksanaan OSCE merupakan wujud nyata penerapan pembelajaran berbasis kompetensi.
“Kami ingin memastikan bahwa mahasiswa benar-benar siap menghadapi dunia klinis, tidak hanya dalam hal pengetahuan, tetapi juga dalam kemampuan komunikasi dan etika profesional,” jelas dosen yang akrab disapa dr Ronny.
Persiapan pelaksanaan OSCE tidaklah sederhana. Seluruh pihak mulai dari dosen penguji, laboran, hingga pasien simulasi melakukan koordinasi intensif untuk memastikan setiap aspek berjalan dengan baik.
Mulai dari penyusunan soal, pengaturan alur stasiun, hingga kesiapan alat dan fasilitas, semuanya dipersiapkan secara matang agar ujian berjalan objektif dan terukur.
Beberapa tantangan turut dihadapi panitia, seperti penyusunan skenario yang realistis dan relevan dengan praktik klinis, pengaturan waktu yang presisi, serta menjaga konsistensi penilaian antar penguji.
Meski begitu, kegiatan ini tetap berjalan dengan lancar dan mendapat respons positif dari mahasiswa.
Persiapan dan Strategi Mahasiswa Hadapi OSCE
Menjelang pelaksanaan ujian, mahasiswa FK UMSIDA mengaku merasakan campuran emosi: cemas, takut, sekaligus antusias.
Hal ini sangat wajar, karena OSCE menuntut ketelitian, ketenangan, dan keterampilan praktik secara langsung.
Namun di balik rasa cemas itu, muncul pula rasa antusias karena ujian ini menjadi ajang untuk membuktikan sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi dan kemampuan klinis dalam berinteraksi dengan pasien.

Salah satu mahasiswa FK UMSIDA, yang angkrab di panggil Novy, menyampaikan bahwa persiapan yang matang adalah kunci utama menghadapi OSCE.
“Perlu persiapan yang matang untuk bisa membantu mengurangi tingkat kecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri,” ungkap Novy
Menurut novy berbagai strategi pun dilakukan untuk menghadapi ujian, antara lain:
Yang pertama mempelajari checklist OSCE dengan benar.
“Memastikan memahami tiap komponen ujian seperti anamnesis, pemeriksaan tanda vital, dan pemeriksaan fisik agar bisa menyesuaikan strategi belajar secara spesifik,” jelas novy
Yang kedua yaitu Membuat ringkasan langkah-langkah tiap station.
“Cara ini membantu mengingat urutan tindakan dengan sistematis dan memudahkan review cepat sebelum memasuki ruang ujian,” ujar mahasiswa FK UMSIDA tersebut
Kemudia yang ketiga Simulasi dengan teman.
“Latihan bersama membantu membiasakan diri terhadap tekanan waktu dan meningkatkan kemampuan komunikasi dengan pasien,’ terang Novy
Selain persiapan teknis, aspek mental juga menjadi perhatian. Mahasiswa disarankan untuk tetap tenang dan menjaga fokus dengan beberapa langkah, seperti berdoa dan mengingat niat belajar sebagai ibadah, fokus pada satu station dalam satu waktu, serta menerima kesalahan sebagai bagian dari proses belajar.
Pendekatan ini terbukti membantu banyak mahasiswa mengelola stres dan menjalani ujian dengan lebih percaya diri.
Dengan kondisi mental yang stabil, performa mereka pun meningkat secara signifikan selama pelaksanaan OSCE.
Makna dan Implikasi OSCE bagi FK UMSIDA
Pelaksanaan OSCE di FK UMSIDA memiliki arti strategis dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan kedokteran dan menyiapkan lulusan yang kompeten. Ujian ini tidak hanya menilai kemampuan teknis mahasiswa, tetapi juga integrasi antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional yang dibutuhkan dalam dunia medis sesungguhnya.
Melalui pengalaman langsung di OSCE, mahasiswa belajar menghadapi situasi klinis yang kompleks, mengelola waktu dengan efektif, dan tetap bersikap profesional di bawah tekanan.
Hal ini menjadi bekal berharga ketika mereka kelak melayani masyarakat sebagai tenaga medis.
Selain itu, bagi institusi, pelaksanaan OSCE yang terstruktur menjadi tolok ukur keberhasilan implementasi kurikulum berbasis kompetensi.
Evaluasi yang objektif dan sistematis juga meningkatkan kredibilitas fakultas serta memperkuat reputasi FK UMSIDA sebagai lembaga pendidikan kedokteran yang berkualitas.

Kegiatan ini juga menjadi refleksi bahwa Fakultas Kedokteran UMSIDA terus berkomitmen menghadirkan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan dunia kesehatan modern.
Melalui evaluasi seperti OSCE, mahasiswa dibentuk menjadi calon dokter yang tidak hanya cakap secara akademik, tetapi juga tangguh secara mental dan siap secara profesional.
Lihat juga:
Menutup kegiatan, panitia menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam suksesnya pelaksanaan ujian.
“Pelaksanaan OSCE bukan hanya ujian bagi mahasiswa, tetapi juga pembelajaran bersama bagi kami sebagai pendidik untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan klinik di FK UMSIDA,” pungkas dr Vira salah satu dosen penguji.
Penulis: Isviyatul Haniya











