pancasila sebagai pedoman tenaga medis

Dosen FK Umsida: Tenaga Medis Wajib Jadikan Pancasila Sebagai Pedoman

Fk.umsida.ac.id – Dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila, tenaga medis dan akademisi kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FK Umsida) menegaskan kembali pentingnya Peran Pancasila membentuk karakter dokter profesional dan berintegritas.

Lihat juga: Mengasah Peran Edukator: Workshop “Doctor as Teacher” Dorong Kompetensi Mengajar Tenaga Medis

Nilai-nilai dalam Pancasila menjadi pedoman etika, empati, dan integritas moral dalam praktik medis sehari-hari.

Wakil Dekan FK Umsida, Dr dr Dzulqarnain Andira MH, menyampaikan bahwa kelima sila dalam Pancasila memiliki relevansi yang kuat dengan tugas dan tanggung jawab seorang dokter.

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa: Menjadi landasan bagi rasa kemanusiaan dan pelayanan tulus.

“Keyakinan ini mendorong kita untuk merawat setiap pasien dengan integritas tertinggi, tanpa memandang suku, agama, atau latar belakang,” terang dosen yang biasa disapa Dr Dzul itu.

Sila kedua yakni Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, menekankan kesetaraan akses dan keadilan pelayanan medis.

“Kita tidak boleh ada diskriminasi. Semua pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik,” ujar dosen lulusan S3 Unitomo tersebut.

Sila ketiga Persatuan Indonesia: menjadi dasar bagi semangat gotong royong dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.

Sila keempat, yakni Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

“Sila ini mendorong kita untuk mengedepankan dialog, musyawarah, dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan medis,” ungkap Dr Dzul.

Sila kelima Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menurutnya, menjadi panggilan untuk memperjuangkan pelayanan medis yang merata.

Pancasila Menjadi Pedoman Tenaga Medis
pancasila sebagai pedoman tenaga medis
Ilustrasi: Pexels

Dalam menghadapi dilema etika medis, kata Dr Dzul, Pancasila dapat menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan medis dengan prinsip moral universal yang terkandung di dalamnya.

Ia menceritakan pengalaman pertamanya lulus dari Fakultas Kedokteran dan ditugaskan melakukan pengabdian di daerah perifer.

“Kami menghadapi tantangan medis yang kompleks, dari keterbatasan fasilitas hingga pasien dengan kondisi kritis,” jelasnya.

Semangat untuk berkontribusi dan ikut meningkatkan taraf kesehatan di daerah, tambah Dr Dzul, merupakan realisasi dari upaya mewujudkan sila ke-5 Pancasila yang dijadikan landasan.

Menurut Dr Dzul, setiap tindakan medis harus selaras dengan nilai Pancasila, bukan hanya sebagai hafalan, melainkan menjadi ruh yang menggerakkan praktik profesional.

“Dokter tidak hanya bertugas menangani pasien, tapi juga berperan aktif dalam memajukan kesehatan masyarakat, termasuk di daerah-daerah yang membutuhkan,” tambahnya.

Implementasi Nilai Pancasila dalam Praktik Medis Sehari-hari

pancasila sebagai pedoman tenaga medis 1

Selain aspek profesional, Dr Dzul menekankan penerapan nilai Pancasila juga penting dalam keseharian tenaga medis.

Dokter dan mahasiswa kedokteran dituntut mengintegrasikan etika, empati, dan integritas moral saat menghadapi pasien, keluarga, maupun rekan sejawat.

“Pancasila harus menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan medis dan kehidupan bermasyarakat. Ini bentuk nyata kontribusi tenaga medis dalam membangun bangsa,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa penguatan karakter berbasis Pancasila menjadi salah satu fokus pendidikan kedokteran di FK Umsida, baik melalui kurikulum maupun program pengabdian masyarakat.

Mahasiswa diajak memahami pentingnya keseimbangan antara pengetahuan ilmiah, keterampilan klinis, dan nilai moral.

Lihat juga: Umsida Tutup Fortama dengan Malam Inagurasi yang Meriah

“Pancasila harus diimplementasikan dalam lingkup profesional maupun dalam keseharian kita dalam berbangsa dan bernegara,” pungkas Dr Dzul.

Dirgahayu Hari Kesaktian Pancasila!

Penulis: Hani