mikrobiologi

Melawan Musuh Tak Kasat Mata: Semangat Kepahlawanan Ahli Mikrobiologi di Era Resistensi Antibiotik

Fk.umsida.ac.id – Di tengah pesatnya kemajuan ilmu kedokteran modern, ada satu bidang ilmu yang bekerja dalam diam namun memiliki peran vital dalam menyelamatkan banyak nyawa manusia, yaitu mikrobiologi klinik.

Para dokter spesialis mikrobiologi klinik (Sp.MK) setiap hari berhadapan dengan musuh yang tak kasat mata: mikroorganisme penyebab infeksi yang terus berevolusi dan semakin kebal terhadap obat.

Lihat juga: OSCE FK UMSIDA Bentuk Mahasiswa Tangguh dan Profesional

Salah satu sosok yang mengabdikan diri di bidang ini adalah dr. Merry Puspita, Sp.MK, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FK UMSIDA).

Ia menggambarkan perjuangan para ahli mikrobiologi klinik sebagai bentuk kepahlawanan modern di tengah ancaman global resistensi antibiotik.

“Pahlawan di masa kini tidak selalu berada di medan perang. Kami berjuang di balik mikroskop, melawan mikroorganisme penyebab infeksi demi keselamatan banyak orang,” ujar dr. Merry.

Garda Terdepan dalam Pertarungan Mikrobiologi Klinis

Dalam kesehariannya, seorang dokter spesialis mikrobiologi klinik bergelut dengan berbagai jenis mikroorganisme yang berasal dari manusia, hewan, tumbuhan, makanan, hingga lingkungan.

Menurut dr. Merry, mikroorganisme tersebut tidak selalu berbahaya. Sebagian justru menjadi flora normal yang menjaga keseimbangan dan mendukung sistem kekebalan tubuh. Namun, ketika mikroorganisme itu berubah menjadi patogen penyebab infeksi, tantangan besar pun dimulai.

“Seorang ahli mikrobiologi harus mampu mengenali jenis mikroba, menentukan apakah benar menjadi penyebab penyakit, dan mencari antimikroba paling efektif untuk mengatasinya,” terang dr Merry.

Dalam proses ini, seorang dokter mikrobiologi tidak hanya berfokus pada pemeriksaan di laboratorium, tetapi juga memiliki tanggung jawab besar dalam menentukan arah terapi klinis.

Pemberian antibiotik, misalnya, tidak bisa dilakukan sembarangan karena dapat menimbulkan efek berantai yang berbahaya.

“Jika antibiotik digunakan tidak tepat, maka bisa muncul superbug — kuman yang kebal terhadap berbagai obat. Ini yang membuat penanganan infeksi menjadi jauh lebih sulit,” tambahnya.

Untuk mencegah hal tersebut, dokter mikrobiologi klinik berperan dalam program Antibiotic Stewardship, yaitu pengawasan penggunaan antibiotik secara bijak di rumah sakit.

Melalui program ini, para tenaga medis memantau penggunaan obat agar tetap sesuai indikasi dan dosis yang dianjurkan.

“Kami memastikan penggunaan antibiotik tidak berlebihan dan sesuai dengan hasil pemeriksaan mikrobiologi. Dengan cara ini, risiko resistensi bisa ditekan,” ujar dr. Merry.

Selain itu, dokter mikrobiologi juga menjadi mitra strategis bagi dokter klinisi dari berbagai departemen. Mereka bekerja sama menentukan terapi paling tepat bagi pasien berdasarkan hasil laboratorium dan uji kepekaan antimikroba.

“Kami tidak hanya bekerja di balik meja laboratorium, tapi juga terlibat langsung dalam pengambilan keputusan klinis,” imbuhnya.

Semangat Kepahlawanan di Dunia Mikrobiologi

Bagi dr. Merry, semangat yang dimiliki para pahlawan bangsa tidak pernah padam, hanya saja wujud perjuangannya berbeda. Jika dulu pahlawan berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa, maka kini para ahli mikrobiologi berjuang mempertahankan hak hidup masyarakat dari ancaman infeksi dan resistensi obat.

Setiap keputusan dalam bidang mikrobiologi klinik membawa tanggung jawab besar. Kesalahan kecil dapat berdampak luas.

Jika antibiotik diberikan tidak tepat, flora normal tubuh bisa ikut mati dan menyebabkan mikroba jahat berkembang lebih cepat,” terangnya.

Kondisi ini tak hanya memperpanjang masa rawat pasien, tetapi juga meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas), serta menambah beban biaya kesehatan.

Karena itu, perjuangan di bidang mikrobiologi bukan sekadar soal penelitian di laboratorium, melainkan juga soal keberpihakan pada keselamatan manusia.

“Inilah medan juang kami. Kami berupaya agar pengobatan tetap efektif, pasien cepat pulih, dan rumah sakit terhindar dari wabah infeksi resisten,” tegasnya.

Dedikasi dan pengabdian para ahli mikrobiologi klinik inilah yang disebut dr. Merry sebagai bentuk nyata dari kepahlawanan ilmiah.

“Kami memang tidak mengangkat senjata, tapi kami berjuang di bawah mikroskop—melawan musuh tak terlihat demi banyak nyawa,” ujarnya dengan nada tegas.

Menjadi Sahabat Mikroba Baik dan Harapan untuk Generasi Muda

Fenomena resistensi antibiotik kini disebut banyak pakar sebagai “grand pandemic”. Jumlah bakteri yang resisten meningkat jauh lebih cepat dibanding penemuan antibiotik baru. Kondisi ini menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan global.

“Bayangkan jika di masa depan kita hidup di dunia tanpa antibiotik yang efektif. Luka kecil atau infeksi ringan bisa kembali mematikan seperti seratus tahun lalu,” ungkap dr. Merry.

Menurutnya, setiap individu memiliki peran penting dalam perang melawan resistensi antimikroba. Langkah sederhana seperti tidak membeli antibiotik tanpa resep dokter, mengonsumsi obat sesuai anjuran, menjaga kebersihan, dan menerapkan pola hidup sehat adalah bentuk kontribusi nyata.

“Jangan anggap remeh hal kecil seperti mencuci tangan atau menyelesaikan antibiotik sesuai dosis. Itu adalah tindakan pencegahan yang sangat berarti,” jelasnya.

Lebih jauh, dr. Merry juga mendorong generasi muda untuk tertarik pada dunia mikrobiologi. Bidang ini, katanya, memiliki potensi besar dalam pengembangan riset, inovasi, dan teknologi kesehatan. Dengan memahami mikrobiota tubuh dan mikroba lingkungan, para ilmuwan dapat menemukan solusi baru untuk menjaga kesehatan manusia.

“Tidak semua mikroba itu jahat. Ada mikroba baik yang justru membantu tubuh kita bertahan. Maka keseimbangan harus dijaga,” ujarnya.

Menutup wawancara, dr. Merry menyampaikan pesan inspiratif untuk mahasiswa dan calon tenaga medis.

“Ilmu kedokteran berkembang cepat, dan tantangan akan terus muncul. Jangan takut meneliti hal-hal kecil, karena dari hal kecil itulah penemuan besar lahir. Jadilah sahabat bagi mikroba baik di tubuhmu, dan percayakan masalah infeksi pada dokter. Dengan ilmu dan semangat yang tulus, kita semua bisa menjadi pahlawan di bidang kita masing-masing.”