Sinergi Lintas Sektor dalam Penanggulangan TB Paru : Peran Fakultas Kedokteran UMSIDA dalam Meningkatkan Edukasi Masyarakat

Saat kegiatan berlangsung

fk.umsida.ac.id – Dalam upaya memperkuat sinergi lintas sektor untuk menanggulangi Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sidoarjo, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo melalui Dinas Kesehatan menginisiasi sebuah kegiatan strategis berupa “Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor”, Selasa (29/04/2025) yang berlangsung di Aston Sidoarjo City Hotel dan Conference Center, Sidoarjo .

Kegiatan ini merupakan forum multisektor yang melibatkan berbagai instansi pemerintah, organisasi sosial, institusi pendidikan, fasilitas pelayanan kesehatan, hingga sektor industri untuk bersama-sama merancang langkah kolaboratif dalam pemberantasan TB Paru yang masih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat. Salah satu pihak yang bergabung ada Dr dr Ronny Sutanto SpOT (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Grafik TB Paru Yang Tinggi

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat, termasuk di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan data tahun 2024, estimasi kasus TBC di Sidoarjo mencapai 5.823, dengan temuan kasus sebanyak 6.280 atau melampaui target sebesar 108%. Dari jumlah tersebut, 5.657 kasus berhasil diobati, yang berarti 97% dari target pengobatan. Namun, upaya belum berhenti sampai di sana karena kasus TBC Resistan Obat (RO) dan TBC pada anak masih memerlukan perhatian lebih lanjut.

Terdapat 802 kasus TBC anak yang ditemukan dari target 1.124 (71%) dan 97 kasus TBC RO yang berhasil diobati. Capaian ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo terus bergerak aktif dalam menemukan dan mengobati penderita TBC. Tingkat keberhasilan pengobatan (Treatment Success Rate) tercatat sebesar 88,6% untuk TBC Sensitif Obat (SO) dan 68% untuk TBC RO. Meskipun demikian, masih terdapat tantangan, seperti 176 kasus (4%) meninggal dunia selama pengobatan dan masih rendahnya cakupan investigasi kontak yang hanya mencapai 3.774 (60%) dari target.

Baca Juga : Mahasiswa Unisza di Umsida: Menyatukan Perspektif, Membangun Masa Depan

 Marak Kasus Dokter PPDS, Dosen Kedokteran Umsida Soroti Perlunya Reformasi Sistem

Penanganan kasus TBC RO memerlukan perhatian khusus. Pengobatan TBC aktif dilakukan dengan terapi anti-TBC yang melibatkan Pengawas Menelan Obat (PMO) atau DOT (Directly Observed Treatment). Untuk TBC Resistan Obat, pengobatannya lebih kompleks dan berlangsung lebih lama, hingga dua tahun dengan kombinasi obat yang lebih banyak. Pengobatan jenis ini terbagi menjadi dua fase: tahap awal menggunakan tujuh macam obat seperti Linezolid atau Etionamid, dan tahap lanjutan dengan empat jenis obat tambahan yang dimodifikasi sesuai kondisi pasien.Penting juga dipahami bahwa TB Paru tidak hanya menyerang paru-paru. Infeksi TBC laten dapat menjadi aktif jika daya tahan tubuh menurun. Kuman TBC juga bisa menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjar, kulit, tulang belakang, dan otak, yang disebut sebagai TBC ekstra paru. TBC dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa, tanpa memandang usia. 

Foto kebersamaan berbagai sektor

Terdapat sedikitnya 35 institusi yang diundang, mulai dari badan pemerintah seperti Bappeda, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Kominfo, serta instansi kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit di lingkungan Kabupaten Sidoarjo. Tidak hanya itu, undangan juga mencakup lembaga pendidikan tinggi seperti Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) dan Universitas Maarif Hasyim Latif, organisasi perempuan seperti Aisyiyah dan Fatayat, organisasi sosial keagamaan seperti Lazismu, Baznas, dan Dompet Dhuafa, serta perusahaan swasta yang beroperasi di Sidoarjo seperti PT. Santos Jaya Abadi, PT. Gudang Garam, PT. Japfa, dan lainnya. Termasuk pula organisasi penggiat sosial seperti OPT Putih Sehat Indonesia dan Seribu Senyum.

Menanggapi undangan tersebut,Umsida melalui disposisi Rektor menyatakan bahwa kegiatan ini dapat dihadiri oleh perwakilan dari FK, sekaligus sebagai sarana promosi program studi FK UMSIDA kepada forum lintas sektor. Hal ini menunjukkan bahwa UMSIDA memandang penting sinergi akademik dengan sektor kesehatan masyarakat, khususnya dalam isu-isu strategis seperti TBC yang menyangkut kepentingan bersama.

TB Paru terjadi karena SDM Rendah

Menurut dekan FK Umsida Dr dr Ronny Sutanto SpOT (K), “bahwa permasalahan TB saat ini sangatlah urgensi,karena bukan hanya mengobati saja tetapi juga harus mengobati SDM yang ada. Dengan menjaga imunitas di Indonesia sendiri sudah sampai ditemukannya kasus TB anak jadi bisa disimpulkan imunitasnya rendah”, ujar beliau. Salah satu program pemerintah yang baik untuk memperbaiki imunitas tubuh yakni makanan bergizi, faktor lingkungan yang harus dihindari yaitu rumah tidak layak huni terdapat di perkotaan maupun dipedesaan dan yang paling utama adalah perilaku hidup bersih dan sehat. 

Upaya untuk  Pencegahan penularan TB paru melibatkan tindakan seperti menjaga kebersihan tangan, melakukan etika batuk dengan menutup mulut saat batuk atau bersin, serta memastikan ventilasi yang baik di rumah dan tempat kerja. Selain itu, penderita TB paru juga sebaiknya menggunakan masker dan menghindari membuang dahak sembarangan. 

Harapan Dr dr Ronny Sutanto SpOT (K) selaku dekan FK Umsida “ fakultas kedokteran umsida ini harus menjadi pusat membantu pemerintah atau dinas kesehatan kabupaten sidoarjo dalam hal trainer dan pelatihan-pelatihan untuk penanggulangan TB paru, Fk Umsida berusaha membuat team kesehatan gabungan juga dalam memberantas penanggulangan TB ini bersama dengan stake holder terkait atau dinas-dinas terkait. yang terakhir adalah medos, fk umsida juga harus bisa memberikan edukasi dan aktif melalui media sosial tentang penanggulangan TB, karena Fk Umsida menggangkat topik pembahasan TB Paru” ujar beliau.

Penulis : Kiki Widyasari Hastowo