fk.umsida.ac.id – Uji klinis vaksin Tuberkulosis (TBC) menjadi pusat perhatian dunia termasuk Indonesia karena dipilih sebagai lokasi yang dikembangkan oleh Bill Gates dan Melinda Gates Foundation.
Pertemuan Presiden Indonesia Prabowo Subianto, dengan pendiri Microsoft Bill Gates di Istana Merdeka pada 7 Mei 2025 membahas kerja sama ini yang bertujuan mengatasi penyakit menular yang masih menjadi momok di Indonesia.
Alasan Indonesia Dipilih untuk Uji Klinis Vaksin TBC
ilustrasi : pinterest
Indonesia terpilih menjadi salah satu negara uji coba vaksin TBC karena menjadi negara kedua dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia setelah India.
Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, penyakit TBC masih menjadi salah satu penyakit menular penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan vaksin yang efektif sangat krusial untuk menekan angka kejadian dan kematian akibat TBC.
Siapa yang Terlibat dan Apa Respons Masyarakat?
Program uji klinis ini mendapatkan perhatian luas dari masyarakat, namun tak sedikit warga yang merasa khawatir akan status Indonesia sebagai “kelinci percobaan”. Hal ini menjadi kekhawatiran tersendiri.
Menanggapi hal ini dr. Dzulqarnain Andira, MH, Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memberikan pandangan medis dan etik yang mendalam terkait pelaksanaan uji klinis tersebut.
Kapan dan Bagaimana Uji Klinis Vaksin TBC Dilaksanakan?
Uji klinis vaksin TBC yang diberi kode M72/AS01E ini sudah memasuki tahap evaluasi ketat di Indonesia, dengan pengawasan dari Komite Etik Penelitian.
Dr. Dzul menyatakan bahwa prosedur penelitian telah mengikuti regulasi dan standar hukum yang berlaku, termasuk Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan yang mengatur tentang penyelenggaraan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
Di Mana Uji Klinis Ini Dilaksanakan?
Pelaksanaan uji klinis berlangsung di beberapa lokasi di Indonesia yang memiliki tingkat kejadian TBC tinggi. Penelitian ini diawasi oleh lembaga independen yang memastikan semua prosedur sesuai standar bioetik dan medikolegal untuk melindungi partisipan penelitian.
Prinsip Bioetik Sangat Penting dalam Uji Klinis
ilustrasi: pinterest
Menurut dr. Dzul, pelaksanaan uji klinis vaksin TBC harus mematuhi empat prinsip utama bioetik. Pertama, prinsip Autonomi mengharuskan setiap partisipan memberikan persetujuan secara sukarela dan berdasarkan informasi lengkap mengenai manfaat dan risiko.
Kedua, prinsip Kebajikan menuntut penelitian untuk memberikan manfaat maksimal dan risiko minimal bagi peserta.
Ketiga, prinsip Non-Maleficence melarang adanya bahaya yang tidak perlu. Serta yang terakhir, prinsip Keadilan menekankan pemilihan peserta yang adil dan distribusi manfaat yang merata.
Aspek Medikolegal Mendukung Pelaksanaan Uji Klinis
Dr. Dzul menjelaskan bahwa pelaksanaan uji klinis di Indonesia harus taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar proses penelitian tidak hanya valid secara ilmiah tetapi juga legal dan etis.
“Pelaksanaan uji klinis vaksin TBC ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian dan telah melalui proses evaluasi yang ketat.” tambah Wakil Dekan Fakultas Kedokteran tersebut.
Namun, beliau juga mengingatkan pentingnya menjaga kepatuhan hukum dan etika sepanjang proses uji klinis.
Saran dr. Dzul untuk Mendukung Kesuksesan Uji Klinis
Untuk menjamin keberhasilan uji klinis vaksin TBC ini, dr. Dzul memberikan beberapa rekomendasi penting:
-
Transparansi Informasi
Pihak penyelenggara wajib memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami kepada masyarakat tentang tujuan, prosedur, risiko, dan manfaat dari uji klinis. -
Pengawasan Independen
Harus ada lembaga pengawas yang independen untuk memastikan standar etika dan hukum tetap terpenuhi selama penelitian berlangsung. -
Keterlibatan Komunitas
Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan uji klinis penting untuk membangun kepercayaan dan menghormati nilai-nilai budaya setempat. -
Akses terhadap Hasil
Jika vaksin terbukti efektif, masyarakat Indonesia harus mendapatkan akses yang adil dan terjangkau terhadap vaksin tersebut.
Pandangan dr. Dzul tentang Masa Depan Pengendalian TBC
dr. Dzul menegaskan bahwa uji klinis vaksin TBC M72/AS01E adalah langkah penting dalam perang global melawan penyakit ini. Namun keberhasilan penelitian ini tidak hanya diukur dari hasil ilmiah, tetapi juga dari seberapa baik prinsip etika dan hukum yang melindungi partisipan dapat ditegakkan. Hal ini akan menentukan tingkat kepercayaan masyarakat dan keberlanjutan program pengendalian TBC di masa depan.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo