fk.umsida.ac.id – Tuberkulosis (TBC) tetap menjadi salah satu penyakit menular yang harus diwaspadai di Indonesia. Para dosen Fakultas Kedokteran Umsida dengan ini mengajak masyarakat untuk perhatian pada penularan tuberkulosis saat ini.
Dengan prevalensi yang tinggi terutama di negara-negara endemis seperti Indonesia, vaksinasi TBC menjadi salah satu langkah penting dalam upaya pencegahan.
baca juga: Bagaimana Jika Operasi Caesar Dilakukan oleh Dokter Umum?
Lalu, siapa saja yang dianjurkan untuk mendapatkan vaksin TBC saat ini? Bagaimana efektivitas vaksin ini untuk mencegah penularan? Rengganis, dosen Fakultas Kedokteran Umsida, memberikan penjelasan mengenai siapa saja yang sebaiknya mendapatkan vaksin TBC.
Siapa yang Dianjurkan Mendapatkan Vaksin TBC?
ilustrasi: pexels
1. Bayi Baru Lahir
Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guérin) adalah vaksin utama yang diberikan kepada bayi baru lahir untuk melindungi dari bentuk tuberkulosis yang berat.
“Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir, idealnya dalam bulan pertama, terutama di negara endemis seperti Indonesia.” jelas dr Rengganis.
Dengan angka kejadian tuberkulosis yang tinggi, vaksinasi pada bayi menjadi sangat penting sebagai langkah pertama dalam melindungi mereka dari tuberkulosis.
2. Anak-Anak yang Belum Pernah Divaksin
ilustrasi: pexels
Tidak hanya bayi baru lahir, anak-anak yang belum menerima vaksin BCG saat bayi juga masih dapat diberikan vaksin ini terutama anak yang tinggal di daerah dengan risiko tuberkulosis tinggi.
Namun sebelum pemberian vaksin, penting untuk memastikan bahwa anak tersebut tidak memiliki riwayat TBC sebelumnya dan hasil uji tuberkulin negatif.
Dr. Rengganis menambahkan, “Anak usia di bawah 5 tahun yang belum mendapatkan vaksin BCG bisa tetap diberikan vaksin, asalkan tidak ada tanda-tanda infeksi TBC yang terdeteksi.”
3. Tenaga Kesehatan dan Individu dengan Risiko Tinggi
Tenaga kesehatan, terutama yang bekerja di rumah sakit atau klinik dengan pasien berisiko tinggi, juga termasuk dalam kalangan yang dianjurkan untuk mendapatkan vaksin BCG. Di beberapa negara, vaksin ini diberikan kepada orang dewasa yang memiliki potensi paparan tinggi terhadap tuberkulosis.
“Tenaga kesehatan atau pekerja lapangan yang akan bertugas di wilayah dengan risiko tinggi tuberkulosis sebaiknya menerima vaksin ini untuk melindungi diri mereka dan pasien yang mereka tangani.” tambah dokter yang saat ini berstudi di Universitas Airlangga tersebut.
Meskipun vaksin BCG efektif pada bayi, efektivitasnya pada orang dewasa terbatas, dan pemberian vaksin harus dipertimbangkan secara individual, termasuk status tuberkulin dan riwayat imunisasi.
Apa yang Harus Diketahui Masyarakat Tentang Vaksin TBC?
Vaksin TBC terutama BCG memiliki manfaat besar dalam mencegah TBC berat pada anak-anak, namun efektivitasnya terbatas pada pencegahan TBC paru pada orang dewasa. Dr Rengganis menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk memahami manfaat dan batasan vaksin BCG.
“Penting bagi masyarakat untuk tahu bahwa vaksin BCG tidak dapat mencegah TBC paru pada dewasa, dan tidak dapat mencegah penularan atau infeksi laten,” ujar sang dosen.
Di sisi lain vaksin M72/AS01E yang masih dalam tahap uji klinis, menunjukkan potensi lebih besar dalam mencegah perkembangan infeksi laten menjadi tuberkulosis aktif pada dewasa.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk melihat apakah vaksin ini dapat menjadi pelindung yang lebih efektif, terutama untuk pelaku perjalanan atau mereka yang tinggal di daerah endemis.
Apa Pesan Dr. Rengganis untuk Masyarakat dan Pemerintah?
Dr. Rengganis juga menyampaikan pesan penting untuk masyarakat dan pemerintah terkait vaksinasi dan penyebaran informasi mengenai penyakit menular.
“Vaksin bekerja bukan hanya untuk melindungi individu, tetapi juga untuk mencegah penyebaran penyakit menular ke orang lain, terutama kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penderita imunokompromis,” jelasnya.
Beliau menambahkan, bahwa bila ada pembaruan informasi tentang vaksin atau penyakit, hal tersebut bukan karena “ilmu yang tidak pasti”, tetapi karena proses penelitian terus berjalan dan berkembang.
“Inilah kekuatan ilmu: menguji, memperbaiki, dan memperbarui demi kebenaran dan keselamatan bersama.”
Dr. Rengganis juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah percaya pada informasi viral yang tidak berdasarkan dasar ilmiah.
“Diskusikan dengan tenaga kesehatan atau sumber resmi seperti Kemenkes atau WHO sebelum mengambil keputusan terkait vaksinasi,” tegasnya.
Harapan untuk Kedepannya
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan terus berupaya untuk menurunkan angka kejadian TBC dengan berbagai program pengendalian, termasuk vaksinasi dan pengobatan. Harapannya, dengan kesadaran yang meningkat dan informasi yang lebih jelas tentang vaksinasi TBC, masyarakat bisa lebih terlindungi dari penyakit ini.
Penulis: Kiki Widyasari Hastowo