fk.umsida.ac.id – Produk skincare yang beredar luas di pasaran ternyata tidak semuanya aman digunakan, meski beberapa sudah memiliki label BPOM. Serta masih terdapat banyak skincare ilegal yang masih beredar dipasaran.
Lihat juga: Banyak Kasus yang Melibatkan Dokter PPDS, Dosen Kedokteran Umsida: Benahi Sistemnya
Sejak Februari 2025, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menarik lebih dari 90 merek produk skincare dari pasaran. Penarikan ini dilakukan karena produk-produk tersebut terdeteksi mengandung zat berbahaya dan beredar tanpa izin resmi yang seharusnya.
Ironisnya banyak dari produk tersebut masih dapat ditemukan dengan mudah, baik di toko offline maupun lewat e-commerce. Bahkan tidak hanya ditemukan, sering kali beberapa oknum dengan brand memasarkan secara terang-terangan menggunakan beragam fitur sosial media, seperti live flash sale dan lain sebagainya.
Mengapa Skincare Ilegal Masih Laris di Pasaran?
Faktor utama yang menyebabkan produk skincare ilegal tetap digemari adalah harga yang murah dan janji hasil instan. Hal ini membuat masyarakat tergiur, tanpa mengetahui kandungan yang terdapat di dalam produk skincare tersebut.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FK Umsida), dr Erlina Krisdianita Novitasari MBiomed menjelaskan bahwa beberapa bahan yang kerap ditemukan dalam produk skincare ilegal adalah merkuri, hidrokuinon dosis tinggi, dan kortikosteroid tanpa pengawasan.
“Sebenarnya hidrokuinon dan kortikosteroid digunakan dalam membuat skincare namun harus menggunakan resep dokter dan dengan dosis yang sesuai,” terangnya.
Beliau menambahkan bahwa ketika digunakan tidak sesuai aturan dan tanpa resep dokter, bahan-bahan ini bisa sangat membahayakan kulit dan kesehatan tubuh.
Bagaimana Bahan Skincare Ilegal Berbahaya Bisa Tersebar?
Walau dinyatakan tidak aman, bahan-bahan kimia seperti merkuri dan hidrokuinon dapat diperoleh dengan mudah di pasaran. Hal ini membuka peluang bagi oknum tidak bertanggung jawab untuk mencampurkan bahan-bahan tersebut ke dalam produk skincare racikan sendiri.
“Seperti hidrokuinon yang memang bisa digunakan sebagai bahan terapi pengobatan di klinik kecantikan. Namun dosis yang tidak tepat membuat skincare tersebut menjadi ilegal,” ujar dosen yang menyelesaikan pendidikan Ilmu Kedokteran Dasar di Unair itu.
Kortikosteroid pun lanjut dr Erlina, merupakan jenis obat yang berpotensi disalahgunakan dan kerap ditemukan dalam skincare ilegal. Hal ini dikarenakan dosis yang digunakan tidak sesuai dengan resep dan ketentuan yang telah dianjurkan.
Apa Ciri-Ciri Skincare Ilegal?
Ilustrasi: Freepick
Sebagai langkah pencegahan, masyarakat diimbau lebih cermat dalam memilih skincare. Menurut dr Erlina, ada sejumlah ciri yang bisa diperhatikan agar bisa mengidentifikasi produk ilegal.
“Misalnya saja dari aroma produk tersebut yang lebih menyengat, warna yang lebih mencolok dari merek pada umumnya, dan konsistensi produk yang cenderung lebih lengket,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa harga murah dan hasil cepat seharusnya membuat konsumen lebih waspada. Produk dengan efek instan biasanya mengandung bahan aktif berbahaya yang bekerja secara agresif terhadap kulit.
Apa Efek dari Penggunaan Skincare Ilegal?
Ilustrasi: Pinteres
Penggunaan skincare ilegal bisa memicu berbagai reaksi negatif pada kulit. Salah satu efek yang kerap terjadi adalah pengelupasan kulit yang tidak normal.
“Padahal kulit yang mengelupas itu merupakan hal normal. Namun jika berlebihan, itu bisa menimbulkan dampak yang tidak baik,” tuturnya.
Efek lain yang bisa muncul antara lain iritasi, kulit menipis, kering, muncul flek (hiperpigmentasi), hingga kulit menjadi lebih terang dari biasanya (hipopigmentasi). Semua itu disebabkan karena lapisan pelindung kulit yang rusak akibat bahan keras dalam produk ilegal.
“Sedangkan efek jangka panjangnya, karena barrier kulit itu sudah hilang, maka kulit bisa menjadi lebih sensitif yang bisa menyebabkan penuaan dini bahkan sampai menyebabkan kanker,” kata dr Erlina.
Bagaimana Cara Merawat Kulit yang Aman?
dr Erlina mengingatkan bahwa perawatan kulit seharusnya dilakukan dengan proses dan waktu yang tidak instan. Produk skincare yang menjanjikan perubahan cepat justru patut dicurigai.
“Jadi, perawatan kulit, terutama kulit wajah yang bisa mengubah kulit dengan waktu yang singkat, malah itu yang harus dipertanyakan karena bisa jadi kandungan bahan produk tersebut tidak bagus,” pungkasnya.
Ia juga menekankan bahwa reaksi skincare pada tiap individu berbeda-beda tergantung pada jenis kulit, kondisi tubuh, dan gaya hidup. Oleh sebab itu, penggunaan skincare harus dilakukan dengan bijak dan tidak sekadar ikut-ikutan tren.